Minggu, 30 November 2014

JIMM KAJIAN TURATH, ADA YANG SALAH?



Jimm regional jawa timur melaksanakan kegiatan rutin yaitu brkumpul 2 bulan sekali. Pertemuan kali ini, mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Gresik sesuai kesepakatan pertemuan sebelumnya.  Kepala badan AIK UMG selaku perwakilan kampus memberikan apresiasi terhadap kegiatan yang dilakukan JIMM.  Beliau pun menyambut hangat kepada kader JIMM dari berbagai perwakilan daerah yang ada di Jawa Timur.
Di dalam sambutannya ustadz asri mengatakan " berbagai persoalan ada di tangan kaum muda, maju mundurnya peradaban tergantung anak mudanya". Semoga tradisi kajian turath ini menjadi penepis pandangan Muhammadiyah terhadap Jimm, tambahnya beliau. Tak bisa di ungkiri bahwa masih banyak orang tua Muhammadiyah menganggap Jimm sebagai jaringan liberal yang berbeda dengan arah pemikiran muhammadiyah itu sendiri.
kordinator Jimm wilayah jawa timur, pak boy, menambahkan "Muhammadiyah mengalami kemandekkan dari segi pemikiran trutama kajian turath atau kajian kitab kuning sejak tahun 80-an". Tradisi kajian kitab kuning yang sangat dipopularkan oleh kalangan NU ini, mungkin bisa dipastikan kalangan Muhammdiyah jauh tertinggal. Maka dari itu, kajian turath menjadi salah satu kajian yang harus di budayakan oleh JIMM. JIMM Malang sendiri yang diproklamirkan pak boy, sudah memulai kajian turath beberapa bulan ini.  
Di sesi berikutnya, pak sutikno yang diduetkan dengan pak Ziman memafarkan, “peran intelektual muda di ruang publik”. Kedua tokoh JIMM Jatim ini begitu bersemangatnya menjelaskan peran kaum  di ruang publik apalagi peran di internal muhammadiyah sendiri. Kritikan selalu hadir ketika tidak sesuai dengan khittah perjuangan yang di bawah kiyai H, Ahmad Dahlan. “muhammadiyah sudah menjadi sumber produksi”, ditegaskan keras oleh pak sutikno. Begitu pun pak aziman menambahkan dengan pertanyaan senderhana, “apakah muhammadiyah sebagai organisasi sosial atau gerakan sosial?”. Kritikan yang dilontarkan kedua pemateri, memicuh berbagai tanggapan dari peserta.   
Pertemuan diakhiri dengan sesi non fromal, yaitu adu kepiawaian dalam mengocek si kulit bundar di lapangan futsal. Lapangan yang terletak di belakang kampus UMG ini, tampak begitu megah dengan alas menggunak matrax. Kata Pak Boy, “Pembangunan lapangan futsal mencapai milyaran ini tidak boleh dilewatkan”. satu jam lebih  dalam bermain, ternyata mampu menambah keakraban anggota JIMM jawa timur tanpa memandang perbedaan umur diantara mereka. Akhirnya, sesuai kesepatan forum pertemuan selanjutnya akan di adakan di lamongan.  
  
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK, 29, NOVEMBER 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar