| Samurai dan Mandau |
Beberapa tahun ini, saya lagi bersemangat mengumpulkan
senjata tradisional maupun modern yang sejenis pisau dan pedang (Badik, Mandau,
Samurai, Keris, dan Rencong) tentunya bentuk, ukuran dan motifnya berbeda, ya tergantung
khas masing-masing daerah. Harus saya akui bahwa ada yang melatarbelakangi
kenapa harus jatuh cinta terhadap benda-benda tajam tersebut. Alkisah, kayak
cerita kolosal saja..hehehe. diawali perkenalan yang kemudian sering bercanda
bareng sama sepupu yang punya minat kolektor terhadap senjata tradisional, dan tak
hanya itu, dia juga menjadikan pisau (badik) tersebut sebagai pengawal setia
ketika berpergian.
Nah, sebelum keluar rumah, dia sering terlihat melakukan
ritual aneh dengan memutar badik tersebut sebanyak tujuh kali pada tubuhnya.
Ahh, sungguh aneh menurutku tapi itulah yang sering dia lakukan. Dan dikamarnya di hiasi ragam jenis pisau, seperti Keris dan Berbagai jenis Badik lainnya.
Lanjut, kami pun sering memperbincangkan tentang motif keris dan badik yang
tentunya saling berbeda satu sama lain.
Ditambah lagi kalau perbincangannya sudah memasuki dunia
mistik, tak akan berhenti lah obrolan itu, memang kalau kita ingin menelisik
benda-benda tradisional yang ada di Indonesia khusunya, maka akan selalu
berhubungan dengan hal-hal yang gaib. Pernahkah
teman-teman menyaksikan keris yang bisa berdiri sendiri? Bergerak sendiri? Atau
Badik tersebut disinyalir ada penunggunya? Dan berbagai cerita-cerita mistik
yang lain. Maka tidak heran kalau masyarakat kita harus menjaga dan merawat
dengan baik dan terkadang harus ada ritual khusus terhadap benda-benda
tersebut. Umumnya, bagi masyarakat jawa setiap malam satu suro melakukan
penyucian kepada keris yang dalam keyakinan mereka bahwa keris tersebut harus
selalu terjaga aura magisnya dan jangan sampai memudar. Kepercayaan tersebut
seakan sudah mengakar dalam diri masyarakat.
Nah, Sebagai seorang pembelajar, tentunya tak hanya tertarik
dengan mistiknya saja, akan tetapi, kegelisahan fikiran dan hatiku untuk
menelusuri sejarah, makna dibalik sebila pisau maupun pedang tersebut.
Perjuangan para pahlawan tanah air tak lepas dari dari sebila Badik, keris,
Mandau, dan Rencong ditangan mereka
dalam memepertahankan kemerdekaan. Begitupun, pada zaman kerajaan-kerajaan
Indonesia senjata tradisional tersebut menjadi alat untuk mempertahakan
ekstensi kerajaan terhadap kerajaan lainnya.
Pada era modern ini, seiring perubahannya waktu, senjata
tradisional di masing-masing daerah di Indonesia, mengalami perubahan fungsi
dari alat untuk pertempuran menjadi warisan sumber pengetahuan kebudayaan yang
terkandung didalamnya. E.B. Taylor dalam Rangkuti (2002:127) menjelaskan kebudayaan sebagai segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia dan
di antaranya terdapat dua unsure yakni
unsur phenomenon (bentuk benda/materi) dan unsur noumenon (bentuk ide dan gagasan). Sedangkan, Menurut prof.
disebuah diskusi tentang keris yang dilaksanakan Fadly Zon Library, bahwa kalau ingin memahami lebih dalam tentang
pengkerisan, maka harus di pelajari dari perspektif sejarah, seni, kegunaan dan
etika penggunaanya. Diskusi kurang lebih dua jam tersebut, sang Prof dengan sambil memegang sebila keris,
menjelaskan sejarah, motif dan sampai
kepada bagaimana kita memperilakukan keris tersebut.
Lanjut, beliau menegaskan bahwa keris itu sudah ada sejak
masa kerajaan, kita tahu seorang ahli pembuat Keris namanya Empu Gandring yang
hidup di zaman kerajaan Singosari, yang keris buatannya menjadi malapetaka buat
tujuh keturunan Raja Ken Arok, kegilaan kekuasaannya membuat mata hatinya
tertutup sehingga harus melaksanakan segala cara untuk membunuh Raja pada saat
itu, Tunggul Ametung dan memperistrikan Ken Dedes. Singkat cerita Ken Arok pun
berkuasa dan memimpin Singosari selama beberapa periode. Pengetahuan ini juga
mungkin bisa di konfirmasi dengan berwisata sejarah ke Candi Singosari yang
berada di Kabupaten Malang, tempat saya belajar selama beberapa tahun ini.
Ini masih seputar tentang Keris, khas senjata Tradsional
dari Jawa, tentu Indonesia mempunyai banyak senjata Tradisinal lainnnya,
tergantung daerah masing-masing. Sebila Badik, khas daerah Sulawesi Selatan
yang menjadi tempat lelulur saya berada, sangat jelas punya sejarah, motif dan
cara memperlakukanya yang berbeda. Begitupun, senjata tradisional daerah
lainnya seperti, Rencong, Mandau, dan Celurit dsb.
Nah, Hal ini lah
yang sangat mendasari bagi saya untuk menyukai benda-benda tajam tersebut. Ada
pengetahuan kebudayaan, kesejarahaan, kesenian dan bumbu-bumbu mistiknya yang
harus diungkap, tak hanya digunakan
sebagai alat kekerasan. Ini lah pekerjaan rumah bagiku secara pribadi maupun kepada
kawan-kawan yang punya minat terhadap senjanta tradisional yang dimiliki oleh
Indonesia. //onlybar//
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus