Rabu, 02 September 2015

BER- MUHAMMADIYAH SECARA KRITIS

(Rangkuman artikel Moeslim Abdurrahman dalam buku “ISLAM YANG MEMIHAK”2005)

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam kedua terbesar di Indonesia. kelompok yang terkenal dengan berbagai Amal usaha yang dimilikinya, ternyata dimanfaatkan oleh sebagian Anggota atau warga Muhammadiyah. Mereka berlomba-lomba untuk menanam benih amal di berbagai Amal usaha Muhammadiyah. Kesibukannya hanya membesarkan Institusi Amal usaha dan saling siku untuk memperebutkan posisi tersebut. Sebagai warga muhamammadiyah tulen, kang Moeslim mengkritik bahwa ada satu hal yang tidak lazim di Muhammadiyah, yaitu muhamammadiyah sebagai rumah Intelektual.  Cap Muhammadiyah sebagai Islam yang paling benar dan asli terjadi stagnansi pemikiran atau proses Intelecctual Exercise menjadi tertutup. Ditambah lagi dengan doktrin formalisasi yang masih terjadi dikalangan warga Muhammadiyah.

Akan tetapi, masih beruntunglah warga Muhammadiyah memiliki tokoh Intelektual (nasional) salah satunya Ahmad Syafi Maarif atau lebih dikenal dengan Buya Syafii. Tokoh yang sering menjadi narasumber penengah ketika suhu politik memanas di Indonesia. seperti yang terjadi saat ini, Beliau menjadi ketua tim 9 yang ditunjuk khusus oleh presiden untuk memberikan solusi terhadap perseteruan KPK VS POLRI. kita mengetahui bersama bahwa salah satu usulannya yang direkomendasikan kepada presiden yang membatalkan pelantikan Budi Gunawan. Buya Syafii juga sering menjadi tokoh yang menyuarakan toleransi di Indonesia.

           Lanjut, geliat kaum muda Muhammadiyah dalam menghidupkan nuansa intelektual mulai muncul dengan berbagai tulisan kritis di media cetak. Mereka menggunakan media untuk menadvokasi masyarakat melalui tulisan kritis. Kelompok itu muncul di berbagai daerah seperti, Jogjakarta, Malang, Surabaya dan kota- kota lainnya. Mereka semua adalah harapan Muhammadiyah beberapa tahun kedepan dan itu lah kita sebut “Re-Intelektualisasi”, Tegas kang Moeslim di dalam artikelnya.

Kelahiran JIMM

Sebelum JIMM lahir, sering diadakan pertemuan kaum muda Muhammadiyah untuk merespon gairah intelektualnya, pemikiran mereka pada saat itu hanya masih sebatas wacana belum sampai pada praksis sosial, maka perlu anak-anak muda Muhammadiyah ini ada trobosan baru untuk menciptakan gerakan sosial baru (the New Social Movement).

Tiga pilar JIMM Landasan Menciptakan the New Sosial Movement.

Pertama, Hermeneutika sebagai perangkat analisis (Tool Analysis).  Ilmu hermeneutika disini adalah sebuah intrepretasi yang lebih dalam tentang teks. Hal yang harus ditafsirakan dengan terbuka adalah Alqur’an yang dianggap umat Islam sebagai pedoman hidup. Dalam hal ini, Alquran tidak hanya diklaim kebenaran saja. Akantetapi, setidaknya dibuka seluas-luasnya dengan cara Meaning Production, sehingga makna jaman bisa di kontrol dengan refleksi-refleksi qurani. Umat Islam yang multibudaya, menimbulkan pandangan tersendiri dalam memahami Alquran. Umat Islam yang mendiami wilayah dan zaman berbeda tidak bisa memaksakan terjadinya pemahaman yang sama. Orang Islam yang ada di dunia Arab dan sekitarnya tentu akan berbeda realitas dengan dunia Islam yang ada di Indonesia. Cara pandang dan penafsiran Alquran tentu akan mengalami perbedaan.

 Kedua, para pemikir Muslim masih banyak yang mengabaikan ilmu Sosial. Artikel Kang Moeslim ini menjadi refleksi pribadi dalam membangun tradisi pemahaman teori sosial.  Diskusi mengenai teori sosial dari teori sosial klasik sampai pada penjelasan teori sosial kritis atau postmodern. Seorang agamawan, sastrawan dsb, akan lebih bijak ketika menggunakan teori sosial sebagai ilmu melihat realitas masyarakat. Maka akan lebih berpandangan luas dalam memberikan statemen keagamaan. Beberapa contoh tokoh Islam seperti Fazlur Rahman, Arkeoun dan Hassan Hanafi yang menyeruhkan pemanfaatan dan pendekatan teori sosial terhadap permasalahan umat manusia. Beberapa cara pandang pun, bersumber dari teori Gramsci yang membahas “hegemoni” dan Paulo Freiere yang bahas “penyadaran kaum tertindas”.

Ketiga, The New Sosial Movement, kecenderungan umat Islam sekarang berteologi atau beragama hanya sebatas ritualistik saja, harusnya sebagai umat Islam berteologi itu dianggap landasan untuk bergerak, sehingga tercipta perubahan sosial secara kolektif. Dalam Menciptakan the New Social Movement , perlu kita memahami globalisasi untuk memahami keadaan sekarang, harus seperti apa bergerak? Dan bagaimana caranya bergerak?. Ada empat hal itu dapat mengubah tingkat kesadaran intelektual seseorang, Capital on the Move, Media on the Move, People on the Move dan Gagasan Revolusioner. Globalisasi selalu membawa perubahan, maka perkembangan itu biasanya akan berdampak terhadap Nasionalisme yang cenderung kalah dari kapitalisme.

Strategi aksi JIMM

Gerakan Intelektual anak Muhammadiyah sudah  terlihat identitasnya. Berbagai tulisan kritis memenuhi media cetak. Jimm atau anak muda muhammadiyah ini, seharusnya tidak hanya mengkritik dengan tulisan atau satu media saja, akan tetapi bisa menggunakan berbagai media sebagai advokasi terhadap masyarakat seperti melalui video, gambar , radio dsb. Kita harus menjadi Intelektual yang memiliki kepekaan praksis, bukan intelektual yang berbentuk imajinatif dan berbahasa Onanik. perbedaan JIMM dengan jaringan liberal adalah bagaimana  menggunakan teori sosial, gerakan sosial yang akan bercorak gerakan transformatif. Begitu besar harapan Kang Moeslim terhadap anak muda atau JIMM ini, bagaimana bisa mencairkan kebekuan pemikiran yang selama ini terjadi di Muhammadiyah.


Artikel ini menarik untuk di analisa bagi kaum berjiwa Intelektual mencerahkan. Di tulis dengan gaya Bahasa yang lugas dan sederhana, Kang Moeslim mencoba menggambarkan pergulatan kaum Intelektual pada zamannya. Tulisan sederhana ini menjadi alat pembacaan realitas saat ini yang terjadi di kalangan Umat Islam di Indonesia dan khususnya warga Muhammadiyah. Muhammadiyah begitu terlena dengan berbagai amal usaha, akan tetapi, melupakan hal yang di Inginkan founding father Muhammadiyah itu sendiri. Di saat yang berbeda Kang Moeslim melihat dan menaruh harapan terhadap kaum Muda Muhammadiyah yang tergabung dalam Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) sebagai bangunan untuk menciptakan gerakan sosial baru. Gerakan intelektual yang nantinya akan membawa perubahan didalam tubuh Muhammadiyah dan begitupun Umat Islam di Inodenesia.///BARONLY/  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar