(Rangkuman artikel Moeslim Abdurrahman dalam buku “ISLAM YANG MEMIHAK”2005)
Muhammadiyah adalah
salah satu organisasi Islam kedua terbesar di Indonesia. kelompok yang terkenal dengan
berbagai Amal usaha yang dimilikinya,
ternyata dimanfaatkan oleh sebagian Anggota atau warga Muhammadiyah. Mereka berlomba-lomba untuk menanam benih amal di berbagai Amal
usaha Muhammadiyah. Kesibukannya hanya membesarkan Institusi Amal usaha dan saling siku untuk memperebutkan posisi tersebut. Sebagai warga muhamammadiyah tulen, kang Moeslim mengkritik
bahwa ada satu hal yang tidak lazim di Muhammadiyah, yaitu muhamammadiyah
sebagai rumah Intelektual. Cap Muhammadiyah sebagai Islam yang paling benar dan asli terjadi stagnansi pemikiran atau proses
Intelecctual Exercise menjadi tertutup. Ditambah lagi dengan doktrin formalisasi yang
masih terjadi dikalangan
warga Muhammadiyah.
Akan tetapi, masih beruntunglah warga Muhammadiyah memiliki tokoh Intelektual (nasional) salah satunya Ahmad Syafi Maarif atau lebih dikenal dengan Buya Syafii. Tokoh yang sering
menjadi narasumber penengah ketika suhu politik memanas di Indonesia. seperti yang terjadi saat ini, Beliau menjadi ketua tim 9 yang ditunjuk khusus oleh presiden
untuk memberikan solusi terhadap perseteruan KPK VS POLRI. kita mengetahui
bersama bahwa salah satu usulannya
yang direkomendasikan kepada presiden yang membatalkan pelantikan Budi Gunawan. Buya Syafii
juga sering menjadi tokoh yang menyuarakan toleransi di Indonesia.
Lanjut,
geliat
kaum muda Muhammadiyah dalam menghidupkan nuansa intelektual mulai muncul dengan berbagai tulisan kritis di
media cetak. Mereka menggunakan media untuk menadvokasi masyarakat melalui
tulisan kritis. Kelompok itu muncul di berbagai daerah seperti, Jogjakarta,
Malang, Surabaya dan kota- kota lainnya. Mereka semua adalah harapan
Muhammadiyah beberapa tahun kedepan dan itu lah kita sebut
“Re-Intelektualisasi”, Tegas kang
Moeslim di dalam artikelnya.
Kelahiran
JIMM
Sebelum JIMM lahir,
sering diadakan pertemuan kaum muda Muhammadiyah untuk merespon gairah
intelektualnya, pemikiran mereka pada saat itu hanya masih sebatas wacana belum sampai pada praksis sosial, maka perlu anak-anak muda Muhammadiyah
ini ada trobosan baru untuk menciptakan gerakan sosial baru (the New Social Movement).
Tiga
pilar JIMM Landasan Menciptakan the New
Sosial Movement.
Pertama, Hermeneutika sebagai perangkat analisis (Tool Analysis). Ilmu hermeneutika disini adalah sebuah intrepretasi yang lebih
dalam tentang teks. Hal
yang harus ditafsirakan dengan terbuka adalah Alqur’an yang dianggap umat
Islam sebagai pedoman hidup. Dalam hal ini, Alquran tidak hanya diklaim kebenaran
saja. Akantetapi, setidaknya dibuka
seluas-luasnya dengan cara Meaning
Production, sehingga makna jaman bisa di kontrol dengan refleksi-refleksi
qurani. Umat Islam yang multibudaya, menimbulkan pandangan
tersendiri dalam memahami Alquran. Umat Islam yang mendiami wilayah dan zaman
berbeda tidak bisa memaksakan terjadinya pemahaman yang sama. Orang Islam yang ada
di dunia Arab dan sekitarnya tentu akan berbeda realitas dengan dunia Islam
yang ada di Indonesia. Cara pandang dan penafsiran Alquran tentu akan mengalami
perbedaan.
Kedua, para pemikir Muslim
masih banyak yang mengabaikan ilmu Sosial. Artikel Kang Moeslim ini menjadi refleksi pribadi dalam membangun
tradisi pemahaman teori sosial. Diskusi mengenai teori sosial dari teori sosial
klasik sampai pada penjelasan teori sosial kritis atau postmodern. Seorang
agamawan, sastrawan dsb, akan lebih bijak ketika menggunakan teori sosial sebagai
ilmu melihat realitas masyarakat. Maka akan lebih berpandangan luas dalam
memberikan statemen keagamaan. Beberapa contoh tokoh Islam seperti Fazlur Rahman, Arkeoun
dan Hassan Hanafi yang menyeruhkan pemanfaatan dan pendekatan teori sosial terhadap permasalahan umat manusia. Beberapa cara pandang
pun,
bersumber dari teori Gramsci yang membahas “hegemoni” dan Paulo Freiere yang
bahas “penyadaran kaum tertindas”.
Ketiga, The New Sosial
Movement, kecenderungan umat Islam sekarang berteologi atau beragama hanya
sebatas ritualistik saja, harusnya sebagai umat Islam
berteologi itu dianggap landasan untuk bergerak, sehingga tercipta perubahan
sosial secara kolektif. Dalam Menciptakan the
New Social Movement , perlu kita memahami globalisasi untuk memahami
keadaan sekarang, harus seperti apa bergerak? Dan bagaimana caranya bergerak?.
Ada empat hal itu dapat mengubah tingkat kesadaran intelektual seseorang, Capital on the Move, Media on the Move, People
on the Move dan Gagasan Revolusioner. Globalisasi selalu membawa
perubahan, maka perkembangan itu biasanya akan
berdampak terhadap Nasionalisme yang cenderung kalah dari kapitalisme.
Strategi
aksi JIMM
Gerakan Intelektual
anak Muhammadiyah sudah terlihat identitasnya. Berbagai tulisan kritis
memenuhi media cetak. Jimm atau anak muda muhammadiyah ini, seharusnya tidak
hanya mengkritik dengan tulisan atau satu media saja, akan tetapi bisa menggunakan
berbagai media sebagai advokasi terhadap masyarakat seperti melalui video, gambar , radio dsb. Kita harus menjadi Intelektual yang memiliki kepekaan praksis, bukan intelektual
yang berbentuk imajinatif dan
berbahasa Onanik.
perbedaan
JIMM dengan jaringan liberal adalah bagaimana
menggunakan teori sosial, gerakan sosial yang akan bercorak gerakan
transformatif. Begitu besar harapan Kang Moeslim terhadap anak muda atau JIMM
ini, bagaimana bisa mencairkan kebekuan pemikiran yang selama ini terjadi di
Muhammadiyah.
Artikel ini menarik untuk di analisa bagi kaum berjiwa
Intelektual mencerahkan. Di tulis dengan gaya Bahasa yang lugas dan sederhana,
Kang Moeslim mencoba menggambarkan pergulatan kaum Intelektual pada zamannya. Tulisan
sederhana ini menjadi alat pembacaan realitas saat ini yang terjadi di kalangan
Umat Islam di Indonesia dan khususnya warga Muhammadiyah. Muhammadiyah begitu
terlena dengan berbagai amal usaha, akan tetapi, melupakan hal yang di Inginkan
founding father Muhammadiyah itu
sendiri. Di saat yang berbeda Kang Moeslim melihat dan menaruh harapan terhadap
kaum Muda Muhammadiyah yang tergabung dalam Jaringan Intelektual Muda
Muhammadiyah (JIMM) sebagai bangunan untuk menciptakan gerakan sosial baru. Gerakan
intelektual yang nantinya akan membawa perubahan didalam tubuh Muhammadiyah dan
begitupun Umat Islam di Inodenesia.///BARONLY/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar